Pages

Minggu, 30 Januari 2011

Line Follower Robot dengan 4 Transistor


Untuk yang masih awam dengan Line Follower Robot (LFR), mungkin akan membayangkan sebuah robot dengan anggota tubuh seperti manusia. Ini berdasar pengalaman saya mengajar siswa/i SMA yang saya beri tugas akhir membuat sebuah LFR. Kebanyakan mereka (siswa/i), jika mendengar kata robot, langsung yang terbayang adalah salah satu tokoh robot dalam film Transformer. Jadi untuk membuatnya adalah sesuatu yang mustahil.
      Sebetulnya pengertian robot adalah sistem otomatisasi yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Contoh : pintu garasi mobil yang buka-tutupnya dikendalikan oleh remote control, lift, bahkan lampu merah beserta penghitung mundurnya juga termasuk robot. Perbedaan antara peralatan (sistem) yang disebut di atas dengan robot ASIMO (buatan Honda), terletak pada banyaknya sensor di setiap peralatan.
     Sensor sendiri dapat diumpamakan sebagai indera (pada manusia). Makin banyak sensor, makin canggih sang robot. Fungsi sensor juga sama dengan fungsi indera, yaitu mengubah rangsang yang diterima dari lingkungan sekitar, untuk kemudian diubah menjadi besaran listrik, dan kemudian dikirimkan ke sistem kendali (kontrol). Kendali kemudian memutuskan melakukan sebuah gerakan. Komponen utama sebuah robot untuk melakukan gerakan adalah motor DC. Gerakan utama motor DC adalah gerak melingkar.
     LFR yang hendak dibangun di sini adalah sebuah sistem yang dapat bergerak mengikuti pola garis di atas bidang datar. Kalau anda biasa bermain tamiya, LFR hampir mirip dengannya. Bedanya tamiya tidak ada sensor dan sistem kendali, sedang LFR dilengkapi dengan sensor dan sistem kendali.
     Konstruksi standar sebuah LFR, memiliki 3 roda, satu roda depan yang bebas bergerak, dan 2 roda kendali di belakang. Mirip dengan bajaj, bedanya roda kendali bajaj ada di depan, dengan si abang bajaj yang berfungsi sebagai sensor dan sistem kendali.
     LFR ini sangat sederhana karena tidak menggunakan banyak sensor, juga tidak memakai mikrokontroler (chip / IC yang dapat diprogram). LFR ini menggunakan 2  LDR (Light Depending Resistor) sebagai sensor. Dan menggunakan satu transistor yang berfungsi sebagai saklar (2N3904) dan satu transistor sebagai penguat sinyal (2N2907). Karena menggunakan LDR maka robot kita ini sangat peka terhadap intensitas cahaya. Dan hal inilah yang dimanfaatkan agar robot ini dapat bergerak mengikuti pola garis yang kita buat di atas bidang datar.

Cara Kerja LFR
LFR yang dibangun memiliki 2 LDR pada 2 sistem kendali yang dihubungan dengan 2 roda kendali (kiri dan kanan) yang ada di belakang. Untuk kemudian kita sebut saja sistem kendali yang terhubung dengan roda sebelah kiri dengan sistem kendali roda kiri. Dan sistem kendali yang terhubung dengan roda kanan, sistem kendali roda kanan.
      Pola garis yang dibuat harus bewarna hitam pada bidang datar yang memiliki warna dasar putih (warna cerah yang dapat memantulkan cahaya). Ketika kedua LDR tidak berada di atas (pola) garis hitam, maka keduanya menerima pantulan cahaya penuh dari bidang datar, sehingga transistor (2N3904 dan 2N2907) pada kedua sistem kendali aktif dan menggerakkan motor DC yang dihubungkan pada roda kendali kiri dan kanan, menyebabkan robot bergerak. Ketika garis berbelok (mengarah) ke kiri, LDR pada sistem kendali kiri ada di atas garis hitam yang tidak memantulkan cahaya (secara penuh), menyebabkan transistor 2N3904 dan 2N2907 (pada sistem kendali roda kiri) tidak aktif dan roda kiri berhenti, sedang roda kanan tetap berputar (karena LDR pada sistem kendali roda kanan berada di atas bidang putih). Hal tersebut (roda kiri diam, roda kanan berputar) menyebabkan robot berbelok ke arah kiri sesuai dengan pola garis hitam. Demikian juga jika robot hendak berbelok ke arah kanan, roda kanan diam, roda kiri bergerak (berputar).
Di bawah ini adalah skema rangkaian LFR.











Untuk komponen LDR 1 dan LDR 2, serta M kiri dan M kanan, tidak terpasang pada PCB, melainkan terpasang pada badan robot. Pemasangan LDR boleh terbalik. Sedangkan motor tidak boleh terbalik. Jika terbalik (kabel motor) arah putaran akan terbalik. Motor kiri harus berputar berlawanan arah jarum jam dan motor kanan harus berputar searah jarum jam.
Kalau komponen mau dirangkai di atas PCB polos, anda coba salin gambar lay out atas rangkaian LFR di bawah ini pada selembar kertas putih, kemudian tebalkan jalur lay out atas dari bagian belakang kertas. Nah jalur yang baru terbentuk pada bagian belakang kertas ini namanya lay out bawah. Lay out bawah inilah yang harus disalin pada PCB polos, di sisi tembaganya menggunakan spidol permanen. Kemudian PCB dapat di etching, setelah dietching dibor lubang-lubang untuk tempat kaki komponen.
Gambar bergerak di atas adalah LFR dengan badan akrilik ukuran 10 cm x 10 cm. Dengan gear-box yang menyatu (terintegrasi) dengan motor DC, sehingga sangat mudah untuk ditempelkan ke badan LFR. Motor DC ditempel ke badan LFR tidak menggunakan lem, melainkan diikat menggunakan tali plastik pengunci. Kedua ban belakang adalah bawaan dari motor DC. Maksudnya harga motor DC sudah termasuk bannya. Ban depan merupakan ban troli ukuran paling kecil. Bisa didapatkan di toko bahan bangunan. Jika susah mendapatkan ban depan, bisa diganti dengan roll-on bekas rexona. Usahakan tinggi ban belakang dan depan sama, agar sensor LDR dapat efektif terkena pantulan cahaya.
PCB rangkaian dan baterai 9 volt boleh diletakkan saja di atas akrilik yang merupakan badan LFR. Tapi jika ingin rapi, PCB dapat dimur-baut dan baterai bisa diikat dengan kawat puntir.
Di bawah ini gambar motor DC yang sudah jadi satu dengan gearbox (tipe: MT203).
Harga : 45 ribu (plus roda). Jadi untuk roda kiri dan kanan, diperlukan 2 motor DC dengan harga 90 ribu.

Senin, 13 Desember 2010

Pemancar dan Penerima Infra Merah Untuk Penghitung Jumlah Produksi Barang atau Penghitung Jumlah Kendaraan

    Rangkaian pemancar infra merah sebenarnya dibangun oleh satu rangkaian multivibrator astabil dengan komponen utama IC 555. Disarankan menggunakan tipe HC17555, karena NE 555  tidak cukup memadai jika digunakan sebagai pemancar infra merah, meski keduanya tergolong jenis yang sama, yaitu clock atau timer. Bisa jadi daya keluaran NE 555 tidak cukup memadai untuk menggerakkan LED IR (Infra Red).
    Untuk rangkaian penerima, digunakan sebuah foto transistor sebagai sensor yang berfungsi mengubah cahaya infra merah yang diterima dari pemancar menjadi sinyal listrik, yang kemudian dikuatkan oleh rangkaian penguat transistor; untuk kemudian sinyal yang telah dikuatkan digunakan untuk menggerakkan sebuah relai 6 VDC. Relai ini jika dihubungkan ke rangkaian penghitung digital IC CD 4026 (lihat rangkaian di tulisan sebelumnya), maka kita telah membuat rangkaian penghitung jumlah produksi atau penghitung jumlah kendaraan. Kalau mau lihat lay out atas rangkaian pemancar dan penerima infra merah tunggu sambungan tulisan ini ...
Baik setelah cukup lama menunggu akhirnya tulisan bisa disambung lagi. Di bawah ini saya berikan lay out atas dari penerima dan pemancar infra merah. Lay out ini saya jiplak dari rangkaian tulus kit yang dijual di Glodok, Jakarta Barat.
Lay out Atas Pemancar Infra-Red













Jumat, 05 November 2010

Listrik Tenaga Matahari (Bagian Kedua)

     Solar panel (panel surya) sebagai komponen dasar penyusun Listrik Tenaga Surya (LTS), tersusun oleh puluhan solar sel. Sel-sel tersebut disusun secara kombinasi, yaitu seri dan paralel, tujuannya untuk mendapatkan daya listrik yang diinginkan (arus, i dan tegangan, v).
Saat ini LTS banyak dijual dalam bentuk modul (paket), yang terdiri dari solar panel, kontroler, bateraiinverter dc ke ac 220V.
Berikut adalah fungsi dari masing-masing bagian modul LTS,
      Solar panel dalam modul LTS berfungsi mengubah cahaya matahari (foton, partikel cahaya) menjadi besaran-besaran listrik (arus dan tegangan). Umumnya sebuah solar sel menghasilkan tegangan sebesar 0,2 s.d 0,5 VDC (volt dc). Sehingga dalam satu panel yang terdiri dari puluhan sel dapat menghasilkan daya listrik sebesar 20 watt peak hingga 200 watt peak, tergantung jumlah sel yang terdapat pada panel. Watt peak adalah ukuran daya puncak yang dihasilkan oleh sebuah solar panel  (dapat disebut panel surya). Dan ukuran watt peak inilah yang digunakan sebagai salah satu spesifikasi yang penting untuk menentukan harga sebuah panel surya. Menurut data terbaru (per agustus 2010) harga per watt peak adalah 32.500 rupiah. Dan kemungkinan akan terus turun di tahun depan, jika pengguna LTS di tanah air meningkat, sehingga panel surya dapat diproduksi secara massal. 
      Kontroler, berfungsi sebagai pemutus aliran listrik dari panel surya ke baterai (penyimpan), apabila baterai telah penuh. Sebaliknya kontroler akan menghubungkan aliran listrik dari panel ke baterai apabila baterai dalam keadaan 'kosong'.
     Baterai, berfungsi sebagai penyedia dan penyalur energi listrik (dalam bentuk DC) ke peralatan-peralatan listrik yang menggunakan arus-tegangan listrik DC.
     Inverter DC ke AC 220V, berfungsi menyediakan dan menyalurkan arus-tegangan listrik AC untuk peralatan-peralatan listrik yang membutuhkan arus-tegangan listrik AC, seperti lemari es, pemanas air, komputer (PC). Dan dapat pula ditambahkan sebuah MCB (Meter Circuit Breaker), yang berfungsi sebagai pemutus aliran listrik jika terjadi konsleting atau hubung singkat (sort). MCB dipasang setelah konverter dan kontroler sebelum ke peralatan-peralatan listrik rumah tinggal.

Bahan Dasar Sel Surya
       Ada 3 macam bahan dasar yang umum digunakan oleh sel surya (penyusun panel surya).
Pertama adalah monokristallin. Bahan ini memiliki efisiensi 12% sampai 14%. Bahan ini disebut-sebut sebagai bahan yang terbaik saat ini.
Kedua, jenis polikristallin atau sering disebut multikristallin, yang terbuat dari kristal silikon dengan efisiensi 10% hingga 12%.
Ketiga adalah jenis amorphous, yang berbentuk film tipis dengan efisiensi 4% sampai 6%. Jenis ini banyak dipakai di kalkulator, jam digital, atau mainan anak.
Keempat adalah jenis Gallium Arsenide (GaAs). Yang efisiensinya meningkat pada temperatur tinggi, dengan menghasilkan arus DC sebesar 3,5 A dan tegangan sebesar 0,4 VDC hingga 0,5 VDC.
      Di pasaran Indonesia lebih banyak dijual yang jenis pertama, panel surya monokristallin dengan efisiensi 12% hingga 14%. Dengan harga satu panel 50 watt peak (buatan Jepang) sebesar 1,7 juta hingga 2 juta rupiah. Sedang panel produksi Cina bisa lebih murah.

Listrik Tenaga Matahari (Bagian Pertama)

      Listrik menggunakan tenaga matahari (solar cell system) merupakan sesuatu yang harus kita kembangkan, mengingat BBM (bahan bakar minyak) yang suatu saat nanti akan habis. Indonesia sebagai negara tropis terletak pada sabuk katulistiwa, adalah negeri di mana matahari bersinar sepanjang tahun. Anehnya justru kita tergoda untuk mengembangkan listrik dengan tenaga yang lain, seperti tenaga nuklir.
     Memang jika ditinjau dari sisi ekonomis, penggunaan LTS (Listrik Tenaga Surya) pada perumahan di kota besar seperti Jakarta sangat tidak menguntungkan. Karena pasokan listrik PLN di kota tersedia, dan harganya sangat murah (karena disubsidi). Tetapi jika LTS digunakan untuk memasok listrik di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh PLN, LTS menjadi sangat efektif dan efisien. 
    Saya masih ingat, kira-kira 10 tahun yang lalu ada seorang teman yang bertanya kepada saya, mungkin tidak membangun LTS di perkebunannya yang tidak terjangkau PLN. Waktu itu saya menjawab mungkin, tetapi teknologinya belum saya kuasai. Saat ini jika teman tersebut masih memiliki angan yang sama, saya dengan pasti akan menjawab ya, dan akan membantunya membuat instalasi LTS pada kebunnya.
Listrik diperlukan di perkebunan khususnya untuk pengairan, dan pemberian pupuk cair. Yang pasti akan banyak manfaatnya jika listrik dapat masuk ke derah terpencil atau perkebunan (di daerah yang tidak terjangkau PLN).

Penguasaan Teknologi Listrik Tenaga Surya
    Sekitar 10 tahun yang lalu, saat saya praktek mengajar di sebuah sekolah kejuruan (SMK, dulu STM), saya diminta mengajar mata pelajaran Energi Listrik Alternatif. Dan saya mengambil Listrik Tenaga Surya sebagai bahan pengajaran. Entah mengapa saat itu sulit sekali mencari buku pegangan tentang LTS, sedang internet saat itu masih terbatas penggunaannya. Yang ada sebagai bahan referensi saat itu adalah foto kopian, dan sekarang sudah hilang entah kemana.
    Saya mengajarkan LTS ke siswa SMK hingga satu semester (6 bulan), dengan jumlah tatap muka per minggu satu jam. Suatu jumlah tatap muka yang kecil sekali bila kita sebagai bangsa berniat menguasai teknologi listrik tenaga surya. Sebetulnya bangsa kita (Indonesia) pada tahun 1970-an, melalui peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pernah melakukan penelitian dan pengembangan teknologi listrik tenaga surya. Hingga pada pertengahan tahun 1980-an peneliti LIPI menyatakan Indonesia telah siap membangun pabrik solar cell atau solar panel, bahan dasar listrik tenaga surya. Namun hingga sekarang pabrik solar sel cuma menjadi angan-angan belaka. Dan kini sang peneliti tersebut telah pensiun dari LIPI.
   Saat ini saya kira kebutuhan akan energi listrik alternatif semakin meningkat, seiring dengan terbatasnya produksi BBM (bahan bakar minyak) yang merupakan sumber energi pada pembangkit-pembangkit listrik konvensional. Indonesia harus melihat bahwa penguasaan teknologi Listrik Tenaga Surya adalah langkah strategis demi peralihan sumber energi di masa depan.
   Saya kira bangsa-bangsa maju di Eropa (Jerman) dan Jepang (di Asia), juga tertarik untuk mengembangkan teknologi Listrik Tenaga Surya. Namun pengembangannya terbatas pada tuntutan pasar (untuk jualan semata), karena saya yakin negara seperti Jerman (atau negara lain di Eropa) merasa tidak cocok menggunakan LTS, karena jumlah sinar matahari yang terbatas. Sedang Jepang  dan Cina lebih memungkinkan mengembangkan teknologi ini karena ada sebagian wilayahnya yang mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun (seperti Indonesia).

Mengembangkan Listrik Tenaga Surya (LTS)
    Memang bila kita melihat keuntungan jangka pendek membangun LTS di rumah sebagai pengganti listrik PLN adalah pemborosan. Yang terbaik yang dapat dilakukan pertama adalah mengenalkan teknologi LTS kepada anak-anak muda melalui pendidikan formal (sekolah).
Langkah kedua, membuat lomba karya tulis atau penelitian dalam bidang Listrik Tenaga Surya, mulai dari level SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Langkah ketiga, adalah membangun pabrik solar sel (bahan baku LTS) di Indonesia. Di sini diperlukan keseriusan dari pemerintah pada usaha peralihan energi listrik. Daripada terus-terusan memberikan subsidi untuk listrik, lebih baik mulai saat ini sebagian uang subsidi dikumpulkan untuk membangun pabrik solar sel dan membiayai penelitian sumber energi listrik alternatif lainnya. Seperti Listrik Arus Laut, Listrik Tenaga Angin, dan Listrik Panas Bumi, mengingat Indonesia negara kepulauan (banyak laut), banyak angin, dan banyak gunung berapi yang masih aktif. 

Senin, 18 Oktober 2010

Komponen Dasar Elektronika

RESISTOR
Resistor adalah komponen elektronik dua kaki yang berfungsi untuk menahan arus listrik, dengan penurunan tegangan diantara kedua kakinya sesuai dengan arus yang mengalirinya, berdasarkan hukum Ohm: V = I.R
Resistor banyak digunakan pada rangkaian elektronika. Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya (tahanan) dan daya listrik yang diserapnya. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
Berdasar nilai tahanannya, resistor ada 2 jenis, yaitu : resistor tetap dan resistor berubah. Resistor tetap adalah resistor yang nilai tahanannya tetap. Sedangkan resistor berubah adalah resistor yang nilai tahanannya dapat berubah oleh kondisi fisik lingkungan, seperti panas-dingin, terang-gelap.
Nilai tahanan sebuah resistor tetap (lihat gambar 3) dapat ditentukan oleh lima warna gelang pada badannya. Dan setiap (kode) warna memiliki nilai tertentu seperti yang ditunjukkan pada tabel.



Cara membaca resistor
Gelang pertama menyatakan angka pertama, gelang kedua menyatakan angka kedua, gelang ketiga menyatakan jumlah nol di belakang angka kedua, dan gelang keempat menyatakan toleransi (pada resistor yang memiliki 4 gelang).
Jika resistor memiliki 5 gelang; gelang pertama menyatakan angka pertama, gelang kedua menyatakan angka kedua, gelang ketiga menyatakan angka ketiga, gelang keempat menyatakan jumlah nol di belakang angka kedua, dan gelang kelima menyatakan toleransi.
Jadi nilai tahanan suatu resistor tetap, dapat ditentukan dengan 2 cara yaitu: melalui warna gelang dan melalui pengukuran menggunakan Ohm-meter (pada AVO-meter atau multimeter). Mengenai makna dari toleransi adalah rentang nilai yang masih diperkenankan pada resistor apakah dapat digunakan atau tidak. Tanda lebih-kurang ( + 5%) berarti nilai resistor terentang dari kurang 5% hingga lebih 5% dari nilai yang ditentukan pada gelang-gelangnya. 
Contoh: resistor di atas memiliki nilai tahanan sebesar 270.000 ohm dengan toleransi + 5%. Maka batas bawah resistor : 270.000 - (5% x 270.000) = 256.500 ohm. Sedang batas atas :270.000 + (5% x 270.000) = 283.500 ohm. Jadi rentang nilai tahanan yang diperkenankan adalah 256.500 ohm hingga 283.500 ohm. Lebih kecil dari 256.500 ohm, atau lebih besar dari 283.500 ohm resistor tidak boleh digunakan.
  
RESISTOR BERUBAH                                                                                                            
Resistor berubah ada jenis potensiometer (gambar kanan atas), ada jenis trimpot (gambar samping kanan). Keduanya memiliki 3 kaki. Jika ke-3 kaki digunakan potensiometer atau trimpot berfungsi sebagai pembagi tegangan. Tetapi jika hanya 2 kaki yang digunakan (kaki tengah dan kaki sebelah kiri atau kanan), maka trimpot atau potensio berfungsi sebagai resistor yang tahanannya dapat diubah-ubah dengan cara memutar ujungnya (pada potensio), diputar pada lubangnya menggunakan obeng minus (pada trimpot).




KAPASITOR
1. Kapasitor Elektrolit
Lebih dikenal dengan nama Elko (Elektrolit Kondensator).Mempunyai dua kaki,satu kaki positif, lainnya kaki negatif (lebih pendek). Disebut elko karena memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung. Elko memiliki kapasitas terkecil sebesar 1 uF (mikro farad). Dan nilai kapasitansi tersebut tertera pada badan elko.

2. Kapasitor Keramik adalah jenis kapasitor yang terbuat dari bahan keramik. Memiliki 2 kaki, tetapi tidak polar (tidak ada kutub positif dan kutub negatif). Jadi pemasangannya bisa terbalik. Nilai kapasitansinya tertera pada badannya yang umumnya berbentuk bulat pipih, bewarna hijau atau coklat muda dan coklat tua. Jika tertera angka 103, maka nilai kapasitansinya 10 nF (nano farad). Caranya angka pertama menyatakan angka pertama, angka kedua menyatakan angka kedua, dan angka ketiga menyatakan jumlah nol di belakang angka kedua. Jadi 103 nilai kapasitansinya 10000 pF (piko farad) atau 10 nF.

Penghitung Digital (menggunakan IC CD 4026)


Rangkaian ini dapat menghitung dari 0 s.d 9, tanpa disulut pulsa astable, dengan cara menekan saklar tekan CLOCK (terhubung pada kaki 1 IC) dan hitungan dapat dikembalikan ke angka nol (0) dengan cara menekan saklar tekan RESET (terhubung pada kaki 15 IC).
IC 4026 adalah encoder, decoder sekaligus driver dalam satu komponen IC; sedang seven segment yang digunakan adalah common cathode (cc). Proses penghitungan tidak dapat dimanipulasi. Dapat digunakan pada rangkaian penghitung jumlah kendaraan dalam sistem parkir (ditambahkan rangkaian sensor), papan skor pertandingan, dan papan angka untuk ganti pemain.

Ini adalah lay out atas dari rangkaian penghitung digital. Mohon maaf ada kesalahan ketik pada resistor 2K3, seharusnya 2K2. Dan saklar yang digunakan untuk CLOCK dan RESET, keduanya adalah jenis saklar push button. 


Gambar di bawah ini adalah lay out bawah, khusus bagi teman-teman yang belum akrab dengan program bantu pembuatan PCB seperti DipTrace atau Eagle dapat menggambar ulang lay out bawah ini pada PCB polos (bagian tembaga) menggunakan spidol permanen. Perhatikan jarak kaki antar IC yang berdekatan 2,5 mm dan jarak antar kaki 7-Segmen yang berdekatan 2,5 mm. Sedang jarak kaki IC yang berseberangan 7,5 mm; jarak kaki yang berseberangan pada 7-segmen 15 mm. Selamat mencoba !



Perhatikan 7-segmen yang digunakan adalah COMMON CATHODE. JANGAN SAMPAI TERTUKAR DENGAN COMMON ANODE.

Rangkaian Penghitung Digital

Dalam satu sistem lengkap rangkaian penghitung digital, sebetulnya terbagi menjadi 3 blok.
1) Blok Astable Multivibrator
2) Blok Rangkaian Binary Code Decimal (BCD) Counter
3) Blok Rangkaian decoder dan driver 7-segment


Blok Astable Multivibrator
Blok ini adalah penghasil pulsa atau frekuensi getaran dalam bentuk gelombang kotak (persegi) dengan komponen utama IC 555 atau yang lebih baik lagi menggunakan IC 17555. Astable pada rangkaian penghitung digital sebagai pemberi ritme perubahan angka yang ditampilkan pada 7-segment.







       Astable                                 BCD Counter

Frekuensi yang dibentuk astable ditentukan oleh R1 (1K), R2 (100K), dan C1 (1uF). Dengan rumus :
T = 0.7 × (R1 + 2R2) × C1 atau f = 1.4 : [(R1 + 2R2) × C1]

Blok Rangkaian Binary Code Decimal (BCD) Counter
Komponen utamanya adalah IC 7490 (penghitung 0 - 9 secara biner). Hitungan angka yang ditampilkan secara biner diwakili oleh 4 LED yang terhubung pada pin 11 (QD), pin 8 (QC), pin 9 (QB), dan pin 12 (QA). Selanjutnya keluaran QD, QC, QB, QA disingkat menjadi DCBA. Bila keempat LED (DCBA) padam (tidak nyala), berarti mewakili 4 bit biner 0000. Jika hanya LED A saja yang nyala, maka 4 bit binernya menjadi 0001. Dan keadaan 4 bit biner (DCBA) senantiasa berganti dari 0000 (angka 0) hingga 1001 (angka 9), kemudian ulang lagi ke 0000. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.












Gambar sebelah kanan adalah lay out atas rangkaian BCD Counter.
Rangkaian Dekoder dan Driver 7-Segment
Komponen utama rangkaian ini adalah IC 74LS47 (decoder and driver 7-segment). Pada rangkaian ini keempat bit biner DCBA diubah menjadi angka-angka desimal, untuk kemudian ditampilkan pada 7-segment. Karena setiap orang terbiasa membaca angka desimal ketimbang angka biner (yang hanya terdiri dari 0 dan 1).









Pada skema di atas pin (kaki) 6 IC 7447 adalah jalan masuk bit D, pin 2 bit C, pin 1 bit B, dan pin 7 bit A. Bila keempat pin (6, 2, 1, 7) dihubung ke ground (jalur negatif baterai), berarti kita memberikan logika 0 kepada 4 bit DCBA, maka DCBA = 0000. Seven segment akan menampilkan angka 0. Jika DCBA =0001, berarti bit A (pin7) tidak terhubung ke negatif baterai. Pada keempat jalan masuk ini dapat dipasang 4 buah saklar geser. Sehingga saklar berfungsi untuk memberikan logika 0 (menghubungkan pin pada negatif baterai) atau logika 1 (tidak menghubungkan pin ke negatif baterai).

Dibawah ini diberikan lay out atas rangkaian.

 Lay out ini digambar menggunakan software Eagle 4.11. Anda dapat mengunggahnya di internet (gratis), juga beserta tutorial cara menggunakannya. Asyik kan ? Kalo ngga biasa pake komputer digambar pake spidol permanen juga bagus kok. Tapi jangan lupa buat lay out bawahnya dulu, baru pindahkan gambar lay out bawah pada PCB polos (sisi tembaga).  
Enaknya bikin PCB pake software, jalur yang tipis bisa dibuat dengan rapi. Kelemahannya saat penyablonan lay out (lihat tulisan berikut berjudul Tonner Transfer), jika panas yang diberikan terlalu lama, jalur rangkaian jadi bertambah lebar. Hal ini menyebabkan jalur yang berhimpitan jadi bersentuhan satu sama lain. Sehingga harus dikoreksi sebelum direndam pada larutan ferrit klorid.
Baik tidak perlu berpanjang lebar, kalau tertarik bisa langsung mencoba, dan jika ada kesulitan bisa ditanyakan melalui blog ini atau ke alamat email : kristoforus_mahameru@yahoo.com
SELAMAT MENCOBA !